Banyak orang tua yang menyangka kenakalan anaknya adalah sebuah petaka, khususnya usia balita hingga menanjak ke anak-anak. Hal ini sangat disayangkan, mengingat belakangan ini sebagian besar orang tua modern menyangka bahwa anak-anak cukup dititipkan di sekolah- sekolah yang bermutu dan berkualitas sambil berharap si buah hati akan tumbuh menjadi pribadi yang didambakan, tanpa memandang perlu pendampingan yang sifatnya mendalam kepada buah hatinya. “Pola asuh seperti ini seringkali membebankan kepada anak untuk menjadi pribadi yang disiplin, penurut dan berkelakuan baik, seolah menjadi prototype bagi karakter anak yang diimpikan, sedangkan yang hyper aktif, dinamis dan menyukai dunia terbuka nan luas, seolah menjadi label bagi si anak untuk mendapatkan sebutan sebagai “anak nakal”, demikian komentar Ani Oktar Yansi, S.Pd.I dalam sambutan di acara Gebyar Robbani Makin Dekat di Hati, event ulang tahun ke-4 Sekolah Islam Terpadu Robbani.
Ditambah lagi dengan jarangnya interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anak, sehingga label “anak nakal” ini semakin menjadi-jadi. “Ini adalah kesalahan yang paling jamak dilakukan oleh orang tua modern saat ini, dimana kebanyakan dari orang tua meskipun hadir secara fisik, tetapi jiwanya hampa tak berbekas, sang anak kehilangan model untuk dijadikan sebagai teladan dalam kehidupan sehari-harinya, maka semakin sempurnalah ketidakpahaman orang tua kepada karakter asli dan potensi yang dimiliki oleh sang anak” lanjutnya menilai.
Orang tua cenderung memilih cara aman dengan menuruti semua keinginan sang anak, tanpa perlu memahami apakah keinginan itu baik untuk pengembangan potensi dalam dirinya atau tidak. Dan apabila semua keinginan sang anak telah terpenuhi, namun orang tua masih kesulitan dalam mengendalikan perilaku sang anak, maka anak ini dengan mudah mendapat panggilan “anak nakal”, padahal belum tentu juga seperti itu.
“Justru anak penurut di usia dini itu, bisa menghambat pertumbuhan sang anak, karena usia 10 tahun pertama adalah masa emas pertumbuhan anak.” Sehingga, kata Ani, jangan sekali-kali orangtua menghancurkan kreativitasnya hanya agar anaknya jadi penurut. Sebab hal ini akan berdampak buruk bagi anak, dalam pengembangan diri dan daya kreasinya.”
"Dampaknya tentu anak itu akan tumbuh menjadi pribadi yang tertutup dan tidak mampu bersaing termasuk dalam mengutarakan pendapatnya," tegas pendidik yang juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah TK Islam Terpadu Robbani ini.
Anak bandel dan nakal adalah indikasi ia sedang dalam proses tumbuh kembang. Sehingga beliau sangat mengharapkan peran orang tua, untuk meluangkan waktunya bercengkrama menanggapi ocehan anaknya itu.
“Menumbuhkan suasana nyaman dan terbuka adalah salah satu hal penting untuk membentuk perilaku sang anak, mengajarkan sang anak untuk mengutarakan pendapat dan terbuka akan hal-hal yang baru, sehingga sifat terbuka yang terbentuk pada diri anak akan mempermudah orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepadanya”
Karena anak adalah asset yang menentukan masa depan sebuah bangsa, maka membaca potensi dan karakter yang tepat dalam diri anak, akan menjadi akselerasi bagi pertumbuhan potensi sang anak agar dapat memenuhi kapasitasnya secara pribadi untuk bersaing dalam kompetisi yang semakin terbuka saat ini. “Sebab keberhasilan sebuah bangsa mendidik anak-anak yang berkualitas, maka terdidiklah sebuah generasi secara keseluruhan” tutup guru yang dikenal ramah ini.
Maka dari itu Sekolah Islam Terpadu Robbani memandang penting hal ini dengan mengadakan Seminar Parenting bertajuk “ALHAMDULILLAH ANAKKU NAKAL” bagi orang tua ataupun calon orag tua untuk bisa lebih baik memahami karakter sang anak, dengan tidak mudah memberi label sebagai “anak nakal” sebelum mengetahui karakter dan potensi dasar yang dimliki oleh sang anak. Seminar ini akan dilaksanakan pada hari Minggu (24/4) di Aula Rumah Makan Sederhana, mulai pukul 07.30 dengan mengundang narasumber yang merupakan TOT Parenting Anak Usia Dini Sumatera Selatan, ibunda Hj. Esterlina Lasepta dan Hj. Ewi Herliana, S.Ud. M. Hum.
SEPTA RYAN HIDAYAT
Sekretaris Yayasan GRSS
Posting Komentar