BREAKING NEWS

Main Slider

5/Food/slider-tag

Minggu, 27 Oktober 2019

Habit


        Dalam proses pendidikan usia dini, penanaman karakter sangatlah penting. Masa keemasan seorang anak adalah pada usia dini (0-6 tahun) atau sering kita dengar sebutannya golden age. Bagaikan kertas putih kosong yang akan dihiasi dengan coretan indah puisi kehidupan. Anak usia dini menjadi objek center dalam pendidikan sebelum menempuh usia selanjutnya. Dari yang Cuma bisa menangis hingga ia menangis kembali dalam pelukan orang tua, maka penanaman karakter dan penguatan dari orang tualah paling utama. Berupa pengenalan kosakata, keluarga, nama-nama benda mati maupun makhluk hidup lainnya. Dan juga sikap dalam menghadapi berbagai respon dari tangisan si anak.


Berangkat dari golden age, proses pendidikan karakater selanjutnya adalah masa new generation. Masa seorang anak tumbuh menjadi generasi baru yang akan menmpuh pembekalan karakter dizamannya. Usia 7- 15 tahun penanaman karakter terpusat merupakan model pendidikan karakter selanjutnya. Pendidikan karakter terpusat itu merupakan pendidikan yang memfokuskan pada penanaman sikap ataupun watak kebaikan berupa disiplin, tanggung jawab, dan kesabaran. Ketiga karakter inilah yang akan dibentuk dalam new generation yang pada akhirnya menjadi habit dalam kehidupannya.

         Diawali dengan terpaksa, malu, biasa, dan ikhlas pada akhirnya akan menjadi kebiasaan. Sebuah kebisaan baik yang ditanamkan sejak dini tentu setiap orang menginginkannya. Seperti kebiasaan saling berbagi, membuang sampah pada tempatnya, sabar dalam antrian, makan dan minum sambil duduk dan masih banyak kebaikan yang lainnya. Seorang anak akan terbiasa dengan hal tersebut seiring berjalannya waktu, tidak serta merta langsung berhasil. Maka ada proses yang dapat mengubahnya menjadi kebiasaaan.

       Seorang anak yang memiliki segumpal sampah di tangannya, seolah akan membuang sampah sembarangan. Mula – mula merasa terpaksa, akan tetapi sudah mulai terbiasa sehingga rasa terpaksa tadi hilang dan muncullah rasa malu. Malu membuang sampah sembarangan, merupakan kunci awal penanaman kebiasaan. Kebiasaan ini akan berkembang dengan baik harus selalu dipantau dan dievaluasi, sehinga malu tersebut menjadi sebuah kebiasaan. Dan pada akhirnya ia merasa ikhlas untk membuang sampah pada tempatnya karena ia meyakini bahwa membuang sampah pada tempatnya adalah sedekah karena menjaga kebersihan lingkungan.

      Alakulli hal, tentu tidak terlepas dari pengawasan para pendidik dan orang tua dalam membiasakan kebaikan ini. Sebuah habit yang menjadi akar dari kebiasaan ini, satu teladan lebih baik dari seribu nasihat. Maka penanaman habit ini juga bagian dari belajarnya kita selaku pendidik dan juga orang tua. Semoga kita terbiasa dengan kebaikan karena kebaikan akan menuntun kepada syurga
Wallohua’lam bish showab

By: Sholahuddin gultom

Posting Komentar