
Kompetisi kata itu sendiri berasal dari bahasa Latin competere yang artinya untuk berjuang bersama. Jadi, ketika anak bersaing berarti ia berjuang dengan orang lain untuk menjadi versi terbaik dari dirinya.
Banyak pakar sepakat bahwa kompetisi itu krusial untuk anak. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi tertentu, persaingan dapat meningkatkan kinerja dan kebahagiaan seseorang. Salah satu kesalahan terbesar dalam pengasuhan anak adalah menginginkan anak terus-menerus merasa nyaman, melindungi anak terlalu jauh dari kegagalan atau kekecewaan. Padahal, ini bisa berimbas negatif pada citra diri anak di kemudian hari.

Pentingnya menghadapkan anak pada persaingan juga dikemukakan oleh Dr. Timothy Gunn, seorang neuropsikologi pediatrik. Ia mengatakan pada situs web Parents, Kompetisi membantu anak belajar bahwa tak selalu yang terbaik atau terpintar yang akan sukses, tetapi mereka yang selama ini bekerja keras.. Terlebih lagi, kata Gunn, anak-anak yang terlibat dalam kompetisi akan mendapatkan keterampilan sosial melalui interaksi dengan anak-anak lainnya, belajar nilai-nilai kerja keras, dan mengembangkan rasa percaya diri.
Dilansir dari doktersehat.kom, beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua untuk mengajarkan kompetisi sehat pada anak antara lain:
1. Beri contoh yang baik
Ajarkan pada anak mengenai kompetisi yang baik. Ajarkan bahwa menang tidak boleh dengan cara curang dan harus bisa menerima kekalahan dengan baik. Kompetisi dapat menjadi tidak sehat jika orang tua mengajari anak untuk lebih peduli dengan predikat nomor satu ketimbang menjadi teman yang baik atau atlet yang terlatih. Untuk itu, mengasah empati kepada anak sangat penting agar mereka tidak memikirkan dirinya sendiri, serta mampu membangun hubungan interpersonal yang baik. Orang tua dapat sekali-kali menanyakan kepada anak, Jika kamu kalah, bagaimana perasaanmu? Atau bermain peran dengan bertanya, Bila saya kalah, apa yang dapat kamu katakan kepada saya untuk membuat saya merasa lebih baik? Dengan demikian, anak dapat mengerti bagaimana seharusnya bersikap kepada diri sendiri maupun orang lain, jika mereka menang ataupun kalah.
2. Dorong anak untuk fokus pada tujuan pribadi
Saat berkompetisi, tanamkan pada anak bahwa tujuan utama kompetisi adalah untuk menunjukkan kemampuan maksimal diri sendiri dan bukan mengalahkan orang lain. Dorong anak untuk lebih fokus berkompetisi dengan diri mereka sendiri ketimbang melawan pemain lain. Hal ini membantu mencegah mereka merasa frustrasi ketika kalah, atau menjadi orang yang terlalu kompetitif. Misalnya saat anak lomba lari. Tetapkan target positif kepada anak (contoh: dengan menyelesaikan 1 km dalam 15 menit), ketimbang target negatif (contoh: lari secepat mungkin supaya bisa mengungguli si x).
3. Hargai setiap hasil yang diperoleh anak-anak
Apa pun hasil yang diperoleh oleh anak-anak, baik itu kalah atau menang, berikan penghargaan atau pujian agar anak merasa dihargai. Wajar jika anak bersedih atas kekalahannya, namun jelaskan bahwa hal tersebut bisa diperbaiki dengan berlatih dengan lebih baik lagi. Sedangkan jika anak menang, ajarkan untuk bersyukur dan tidak mudah puas diri.
4. Tekankan pada motivasi intrinsik
Dikutip dari Dalam suatu kompetisi, seseorang termotivasi tidak hanya oleh faktor ekstrinsik seperti menang, piala, atau uang, tetapi juga oleh faktor-faktor intrinsik seperti kegembiraan dan pengembangan diri. Orang tua dapat mendorong motivasi intrinsik ini dengan mengajukan pertanyaan seperti "Tadi menyenangkan nggak? atau "Apa yang kamu pelajari dalam lomba itu? ketimbang Tadi menang nggak?, Kenapa tadi nggak menang?, dsb.
5. Keseimbangan itu penting
Jika anak tampak kecewa akan suatu hal meski telah berusaha sebaik-baiknya, orang tua dapat mengatakan, Tapi kamu jago dalam bidang lainnya, dan setiap orang memiliki keahliannya masing-masing, dan karena itulah dunia ini menjadi berwarna. Intinya, selama anak telah melakukan yang terbaik, maka tidak penting menang atau kalah. Karena yang paling utama adalah berjuang untuk melakukan yang terbaik.
Sepertihalnya di TK IT Robbani Jumat, 8 November 2019 diadakan beberapa lomba perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Kegiatan tersebut selain tujuan utamanya untuk mengenalkan anak dan menumbuhkan kecintaan anak kepada Nabi Muhammad SAW yang harus dijadikan idola, suri tauladan, dan panutan seluruh umat islam dalam kehidupan. Melalui lomba mewarnai, fastion show busana muslim dan hapalan doa dan hadits, anak diajarkan untuk berani tampil diatas panggung, bersaing dalam menampilkan yang terbaik dalam karya dan hapalan serta anak diberikan pengertian tentang menang dan kalah dalam perlombaan agar anak lebih menghargai perjuangan dan hasil yang didapat dari itu. Kompetisi dapat menjadi tidak se
hat ketika anak terlalu fokus untuk menang dan tidak menghiraukan proses Dalam perjuangan, selalu ada usaha dan progres untuk menjadi lebih berkembang.
By: Enda kurniati, S.Pd
Posting Komentar