Untuk menjadi seorang guru, jangankan bermimpi atau menjadikannya sebuah cita-cita, terlintas di fikiran pun tidak pernah. Namun bukanlah menjadi sebuah kebetulan, karena pada hakikatnya tidak ada yang kebetulan di dunia ini, karena semuanya sudah menjadi skenario dari Allah yang mengalur, merajut kisah setiap hamba Nya. Ini adalah kisah saya, saat harus memilih di antara persimpangan jalan yang sulit, namun pilihan harus tetap diputuskan.
Setelah saya menyelesaikan pendidikan menegah atas, pasti sudah menjadi hal lumrah bagi semua orang untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu ke perguruan tinggi. Tapi ternyata, tak semua orang diberikan kesempatan yang sama, karena memaksa keadaan yang sejujurnya tidak memenuhi pada saat itu, justru adalah kedzhaliman. Dan dialog ini masih terus menerus, berulang-ulang terkenang, sesaat setelah saya menyampaikan niat untuk melanjutkan pendidikan tinggi kepada Bapak waktu dulu.
“Kalau mau kuliah berusaha sendiri, sebab bapak tidak ada uang”.
Sebuah kalimat yang mesti dimaklumi dan dimengerti, mengingat keadaan waktu itu. Lalu dengan seketika, entah dilandasi oleh emosi sesaat atau justru kalimat tadi menjadikan sebuah motivasi yang besar bagi saya waktu itu, seketika saya pun menyampaikan kepada Bapak
“Tenang saja pak, Bapak sama mamak cukup mendoakan dan hadir pada saat saya wisuda.”
Terdengar egois memang, tapi saya mengakui, ada dorongan yang sangat kuat dalam diri saya waktu itu, bahwa saya tidak boleh berhenti sampai di sini, saya harus bisa menjadi orang yang lebih baik, menjadi anak yang mampu membanggakan kedua orang tuanya. Dan dari sana saya mulai berpikir, bagaimana cara untuk bisa mendapatkan penghasilan untuk membiayai kuliah nanti.
1 tahun saya menggangur sekolah, dengan modal ijazah SMA, semua lowongan kerja saya ikuti. Mulai dari jaga toko buku, sempat mau kerja di pabrik dan terakhir ada seorang mbak yang suka beli buku di toko tempat saya bekerja. Dia salah seorang guru di lembaga bimingan belajar, dari dia lah saya diajak pelatihan cantol raudho yaitu sebuah metode untuk mengajarkan anak-anak supaya cepat membaca.
Beberapa bulan dari pelatihan tersebut, saya menjaga toko dan juga mulai mengajar privat baca anak-anak pra sekolah dan anak SD 1-3 yang belum bisa membaca. Sudah berjalan 7 bulan mengajar saya belum sama sekali tertarik menjadi seorang guru, entahlah mungkin karena faktor keterpaksaan untuk biaya kuliah dan hanya faktor uang dan bukan benar-benar dari hati nurani, sehingga semua masih terasa biasa-biasa saja.
Tahun berikutnya saya didaftarkan oleh seorang guru PPL waktu di SMA untuk masuk Ma’had Sa’ad bin Abi Waqash kampus Muhammadiyah Palembang, sebuah perguruan tinggi yang berbasiskan bahasa Arab yaitu Pendidikan Bahasa Arab.
Aduhhhh.. Bahasa Arab?! Rasanya ingin sekali untuk mundur. Semua teman-teman disana lulusan pesantren sedangkan saya? Hanya pesantren kilat.
Singkat cerita karena saya ada sertifikat cantol Raudho, jadi saya mengajukan diri di sebuah bimbel cabang Asma di Palju. Hari pertama mengajar, gugup setangah mati karena para orang tua pada nungguin anaknya masuk ke dalam kelas. Di dalam kelas tersebut, ada 10 orang anak dengan beragam keunikan. Ada 1 murid yang terlahir dari keluarga yang kaya raya, orang tuanya sibuk bekerja, jadi dia hanya diasuh oleh seorang pembantu yang hanya lulusan SD. Selama les dengan saya, sepatah katapun tidak pernah keluar dari mulutnya. Ada juga seorang siswa kelas 3 SD yang diancam gurunya di sekolah jika semester ini tidak bisa baca maka tidak naik kelas. Mamanya sudah berjuta janji, jika dia bisa baca apapun yang diinginkan akan dipenuhi. Dan ada 1 lagi dua kakak beradik keturuan Arab, anaknya cerdas tapi ketika datang ke tempat les selalu tidur. Dan masih banyak lagi keunikan meraka dan Alhamdulillah mereka terlahir dari keluarga yang berkecukupan, dan semua orang tuanya berpendidikan, jadi untuk pendidikan anaknya mereka tidak hitung-hitungan. Beda sekali dengan di tempat saya tinggal, mengajarnya suka rela yang ngasih suka-suka dan yang menerima harus rela.
Mulai berpikir keras apa yang harus dilakukan dengan siswa-siswa saya yang dengan keberagaman keunikan tadi. Saya mulai melakukan treatment khusus kepada mereka. Yang pendiam selalu saya lalukan pendekatan dan mengajaknya diskusi, yang SD kelas 3 ketika belajar saya sesipkan games yag menarik jadi dia selalu senang kalau membaca, dan kakak beradik keturunan Arab saya datangi ke rumahnya, untuk melakukan privat khusus dengan mereka. Dan Alhamdulillah 3 bulan bersama si pendiam sudah mau berbicara walaupun masih berat, yang kelas 3 SD lancar membacanya malah lanjut les MIPA dengan saya. Dan kakak beradik keturunan Arab, sudah menjadi layaknya keluarga sendiri, dan sekarang sudah bisa lancar membacanya dan terus lanjut menjadi guru privat mengaji mereka.
Pernah 1 pekan saya tidak mengajar dan digantikan oleh seorang teman saya di kampus. Dalam 1 minggu itu ada siswa yang menangis, mau berhenti les, sembunyi dibawah meja. Aaahhhh.. Keluhan para orang tua mulai menelepon, kapan masuk lagi? Dan kepala bimbel sudah mengeluh, “jika terus seperti ini bisa habis siswa bimbel saya”. Dari sanalah saya mulai merasakan nikmatnya menjadi seorang guru, bahagianya ketika anak didik yang kita ajarkan berhasil, keberadaan kita dirindukan mereka, melihat mereka semangat untuk belajar dan senyum ketulusan selalu mereka hadirkan ketika saya masuk kelas meraka, langsung lelah dan tugas kuliah hilang seketika.
Untuk para guru-guru hebat jangan pantang menyerah ya. Semua anak unik dan jangan terlalu cepat melabeli mereka dengan kata “bodoh”, apa lagi para orang tua, karena setiap ucapan yang keluar ada lah do’a untuk anak mereka, karena pada dasarnya tidak ada murid yang “bodoh” yang ada adalah murid yang belum menemukan guru yang cerdas. Dan satu lagi, selalu berinovasi untuk memberikan materi pelajaran serta do’a karena yang memegang hati anak-anak kita adalah Allah, memohonlah kepada Nya, agar dimudahkan dalam mendidik mereka. Semoga Allah meridhoi setiap usaha dan ikhtiar kita dunia, sebagai bekal di akhirat nanti. Aamiin.
ANI OKTAR YANSI, S.Pd.I
Kepala Sekolah TKIT Robbani
Posting Komentar