
Namun agaknya sebagian besar lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Indonesia masih memberikan calistung dalam proses pembelajarannya. Kenyataanya, sekolah yang mengajarkan calistung lebih banyak di cari daripada sekolah yang tidak mengajarkan. Berawal dari pola pikir orang tua ini, seringkali guru hanya fokus mengembangangkan potensi akademik (calistung) pada peserta didik. Bahkan ada yang cenderung mengabaikan potensi non akademiknya. padahal semestinya peran guru sebagai fasilitator harus mampu menggali potensi akademik dan non akademiknya peserta didik sehingga peserta didik dapat mengeksporasi pengetahuannya secra maksimal. Karena itu semestinya konsep pembelajaran tidak hanya terpusat pada satu aspek pengembangan saja tetapi ada enam aspek perkembangan yang harus dikembangkan. Keenam aspek tersebut saling berkaitan, dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, adapu enam aspek itu ialah:
1. Aspek Kognitif, Berkaitan dengan proses berfikir anak.
2. Aspek Motorik, segala sesuatu berhubungan dengan sensor gerak pada tubuh anak.
3. Aspek Sosial dan Emosional, terkait kemampuan mengendalikan diri, emosi dan kepekaan terhadap lingkungan.
4. Aspek Bahasa, berhubunga dengan kemampuan mengekspresikan perasaan secara lisan serta bagaimana berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
5. Aspek Seni, kemampua anak mengeksplorasi kemampuan diri melalui seni, baik itu seni rupa, seni musik, seni tari serta cabang seni lainya.
6. Nilai Agama dan Moral, meliputi pengenalan nilai-nilai agama di anut, mengajarkan ibadah, pembekalan sikap keseharian anak, seperti berlaku sopan, tanggung jawab, jujur, menghormati orang lain, bersikap sportif dan lain sebagainya.
Jika tidak ada unsur paksaan Enam Aspek tersebut sudah mencakup nilai akademik dan non akademik. sehingga penting untuk menstimulasi semua perkembanganya. Alasan lain, setiap anak mempunyai perkembangan berbeda-beda. jad, jika guru hanya fokus untuk mengembangkan nilai akademiknya (calistung), maka yang akan terjadi adalah ketidakseimbangan antara 6 aspek perkembangan anak. Itu berarti guru hanya mengembangan sebagian kecil dari aspek kognitif saja, sementara aspek lain cenderung di abaikan, dampaknya anak akan mengalami mental hectic ( merasa tertekan karena terlalu dituntut, bingung, cemas, dan takut), yang akan berdampak secara berkelanjutan. Namun apabila yang sudah mampu belajar calistung pada usia dini, itu merupakan pencapaian yang luar biasa dan tidak mengapa di ajarkan. Dengan catatan tidak ada unsur paksaan karena ekspektasi dari orang tua yang berlebihan.

By: Ani Oktar Yansi, S.Pd.I
( Kepala Sekolah TK IT Robbani Ogan Ilir)
Posting Komentar